Tuesday, July 22, 2008

Menelusuri hobi ikebana

Merangkai bunga merupakan kegiatan yang digemari oleh banyak kebudayaan di dunia. Ada dua macam gaya merangkai bunga di dunia. Pertama oksidental atau seni merangkai bunga dari Barat (Eropa) dan kedua oriental, yang salah satunya adalah ikebana. Kedua aliran ini dalam perjalanannya ternyata saling mempengaruhi. Tapi ciri khas yang menonjol dari ikebana adalah sederhana namun nyeni.
Ikebana adalah seni merangkai secara indah dari tangkai, daun dan bunga di dalam berbagai bejana. Seni merangkai ini sudah berkembang selama tujuh abad di Jepang. Seni ini bertumpu pada teknik mengikat rangkaian yang digunakan. Berbagai cara menempatkan dan menyantolkan masing-masing tangkai, daun dan bunga yang dipelajari dalam kelas ikebana yang tersebar di seluruh dunia.
Dalam pakemnya memang ikebana mengacu pada kesederhanaan, keindahan, materi, warna, dan bentuk. Tampaknya sederhana, namun jelimet juga ilmunya. Tapi bisa dipelajari, mulai tingkat dasar yang lamanya sekitar 4 bulan hingga tingkat lanjut. Pendalaman seperti ini membutuhkan tiga sampai empat tahun dalam menekuni seni ikebana. Bahkan jika ingin sampai tingkat pengajar (richi), harus ke Jepang. Dan di sana karena banyak sumber yang harus dipelajari, bisa sampai taraf akademi bahkan profesor.
Perkembangan selama tujuh abad telah membentuk berbagai aliran dalam ikebana. Beberapa yang umum dikenal adalah rikka di mana bunga ditegakkan, kemudian seika atau shoka yang berarti bunga hidup, selanjutnya nageire di mana bunga ditebarkan pada bejana berbentuk bulat, dan moribana di mana bunga ditumpuk dengan menggunakan bejana datar.
Beberapa aliran mengadopsi gaya oksidental atau Eropa dalam karya rangkaian mereka. Pada dasarnya seni merangkai Eropa adalah menumpuk lapisan demi lapisan bunga dalam karyanya. Sedangkan ikebana mengupayakan keselarasan antara bunga dan bejana yang digunakan. Kuncinya ikebana adalah menggunakan sedikit mungkin tangkai dan bunga agar mengutamakan keindahan bunga. Di antara aliran ikebana yang mengadopsi gaya Eropa adalah gaya hanaisho yang juga dikenal sebagai Aliran Ohara. Pada aliran ini juga tidak dihasilkan susunan bunga yang tebal sebagaimana gaya oksidental. Tujuannya menghasilkan keselarasan antara elemen yang digunakan.

Organisasi
Penggemar ikebana memiliki organisasi, yakni Ikebana International yang berpusat di Jepang, berdiri tahun 1956. Pendirinya Ellen Gordon Allen. Kini yang telah menjadi anggotanya berjumlah 58 negara yang dibagi dalam beberapa regional, yakni regional Asean, Amerika, Eropa, Australia, dan Afrika. Lima tahun sekali mereka menggelar konferensi di Jepang.
Indonesia termasuk ke dalam regional Asean. Ada 6 aliran ikebana di Indonesia yakni ikenobo, sogetsu, ichiyo, ohara, mishoryu dan koryu. Untuk mempelajari ikebana, salah satunya di Japan Foundation di Jakarta. Atau menyaksikan demo ikebana di tempat tertentu. Biasanya di sana disediakan waktu bagi peminat untuk mencoba bagaimana merangkai bunga.

Perkembangan
Seperti pada saat demontrasi ikebana bergaya mishoryu baru-baru ini di Hotel Grand Mahakam, Jakarta Selatan. Karena tempat peragaannya di hotel dan sejuk maka yang hadir juga cukup banyak. Di kesempatan itu penonton diajak membuat kreasi. Walau ilmu yang didapat secara kilat, namun kreasi ikebana yang dibuat tetamu mendapat pujian dari pengajar dan undangan lainnya.
Menurut sejarah, ikebana sebetulnya berasal dari daratan Cina. Awalnya ada seorang Jepang yang mempelajari Buddha ke Cina. Di sana ada ritual merangkai bunga untuk dipersembahkan pada dewa. Sepulang dari sana, sekitar abad 15, dia mengajarkan merangkai bunga yang kala itu disebut kado. Sejak itu mulailah ikebana dikenal sebagai seni merangkai bunga bergaya Jepang.
Sekarang ini ikebana tetap mengikut zaman. Selain mengadopsi seni merangkai dari luar Asia, ikebana modern malah meninggalkan bunga sebagai ekspresi seni mereka. Ikebana avant garde yang sekarang berkembang menggunakan bahan besi, kaca dan benda mati lainnya untuk dirangkai sebagai hiasan.(tot/