[ppi] [ppiindia] CATATAN BUDAYA:PAPAN SEJARAH
- From: "Budhisatwati KUSNI"
- To: "kmnu2000" ,"ppiindia"
- Date: Sat, 7 Feb 2004 05:10:22 +0100
** ppi-india **
CATATAN BUDAYA:
PAPAN SEJARAH
Yang saya maksudkan dengan "papan sejarah" adalah sekeping papan karyu jenis
yang kuat dan di atasnya dituliskan secara singkat riwayat orang, gedung atau
lingkungan di mana ia dipancangkan. "Papan sejarah" ini ditancapkan hampir di
semua tempat di seluruh kota Paris dan dimulai semenjak 1998 ketika Lionel
Jospin dari Partai Sosialis Perancis menjadi Perdana Menteri. Dengan demikian,
orang-orang yang ingin mengetahui secara sepintas sejarah lingkungan, gedung
dan tokoh-tokoh penting di daerah tersebut akan segera mendapatkan suatu
gambaran.
Kecuali itu pada tembok-tembok kota, juga sering kita dapatkan nama-nama orang
serta jasa-jasa mereka kepada Perancis. Misalnya: "Di sini si A telah gugur
dalam pertempuran melawan Nazi Jerman demi Perancis". Dari nama-nama yang
dipahatkan kita ketahui bahwa tidak sedikit dari mereka yang sesungguhnya bukan
"asli" Perancis, tapi berasal dari berbagai negeri seperti Yugoslavia, Italia,
Polandia, Spanyol dan lain-lain... Tapi melalui tatahan di tembok itu nampak
bahwa Perancis sebagai bangsa selalu mengenang dan menghargai jasa-jasa
siapapun mereka. Saban hari nasional 14 Juli dan atau kemenangan melawan
fasisme Hitler, di tembok-tembok itu selalu saja tergantung karangan bunga
segar.
Sadar bahwa yang telah berjasa kepada Perancis bukan hanya orang-orang yang
disebut "asli Perancis" maka oleh Jacques Chirac pada masa kepresidenannya yang
pertama secara simbolik telah memasukkan sastrawan Alexandre Dumas yang
mempunyai darah Afrika ke Pantheon, di mana disemayamkan putera-puteri terbaik
nasion. Lambang dari apa? Lambang bahwa Perancis adalah sebuah bangsa yang
berbudaya bhinneka atau multi-kultur dan sebuah bangsa yang terdiri dari
berbagai macam asal bangsa dan turunan. Yves Montand (penyanyi dan bintang
filem],Platini (pemain sepakbola), Colluche (bintang filem dan pelawak), Nana
Muskuri(penyanyi), Yanick Noah, Sarkozy, Picasso, untuk menyebut segelintir
nama saja dari sebuah deretan sangat panjang adalah orang-orang Perancis
berasal dari bangsa dan negeri bukan Perancis tapi telah mengangkat nama
Perancis melalui prestasi-prestasi mereka di berbagai bidang.Disemayamkannya
Alexandre Dumas di Pantheon adalah pernyataan dan pengakuan resmi Republik
Perancis akan keragaman mereka. Dan memang kemudian kebudayaan Perancis makin
diperkaya oleh pertemuannya dengan kemajemukan ini.
Penghargaan Perancis terhadap tokoh-tokoh asing atau pun Perancis yang berjasa
di berbagai bidang baik terhadap Perancis dan kemanusiaan juga diperlihatkan
dengan memahat nama-nama mereka di mana orang-orang tersebut pernah tinggal.
Nama-nama seperti Thomas Paine, James Joyce, van Gogh, Flora Tristan, Getrurde
Stein dan lain-lain... misalnya masih terpahat di tembok-tembok apartemen yang
pernah mereka huni. Bateau Lavoir sebuah rumah di daerah Montmartre yang
dijadikan sanggar oleh Picasso dan teman-teman senimannya dalam proses mereka
membangun nama, sampai sekarang terawat baik. Siapa-siapa yang pernah bergabung
di sanggar ini terpampang dalam huruf-huruf besar di tembok Bateau Lavoir.
Lengkap dengan tahun kehadiran mereka di sanggar. Sedangkan untuk mengenang
Dali yang juga lama tinggal di Place du Tertre, puncak Montmartre, telah
dibangun sebuah museum Dali secara khusus.
Dari kenyataan-kenyataan ini apakah benar kesimpulan saya bahwa Perancis tidak
membunuh pahlawannya? Bahwa Perancis mencoba menanamkan pengertian kepada
rakyatnya agar tidak melupakan sejarah, agar rakyatnya tahu apa siapa diri
mereka sebenarnya, apa siapa bangsa Perancis itu sesungguhnya?! Monumen apapun
tidak mereka hancurkan, tapi mereka rawat karena monumen itu dipandang bisa
memberikan pelajaran, entah negatif ataupun positif. Agaknya Perancis sadar
bahwa kesadaran sejarah tidak lahir secara otomatis. Kesadaran sejarah seperti
halnya penghayatan akan kemajemukan bangsa adalah hasil dari suatu usaha sadar
yaitu pendidikan sejak awal. "Papan sejarah" merupakan salah satu bentuk usaha
saja dari sekian bentuk untuk melahirkan dan mengembangkan kesadaran sejarah
serta kemajemukan budaya bangsa dan bangsa itu sendiri. Dengan adanya kesadaran
sejarah dan kemajemukan ini maka pada pemilihan presiden Mei 2002 yang lalu,
ketika Le Pen -- pimpinan Partai Front National yang berkecenderungan neo-nazi,
masuk ke ronde kedua, mayoritas rakyat Perancis,memusatkan suatu mereka untuk
memilih Jacques Chirac. Pengalaman sejarah ketika Perancis diduduki oleh Nazi
Hitler tidak gampang begitu saja mereka lupakan. Tampilnya Le Pen menggungah
kembali kenangan akan kepahitan di masa pendudukan Nazi. Bahkan oleh kenangan
pahit dan kesadaran sejarah di kalangan rakyat Perancis maka beberapa pimpinan
Perancis yang berkolaborasi dengan Hitler pada waktu itu malah terus saja
dituntut di depan pengadilan sampai mereka patut membayarnya dengan hukuman
penjara yang tidak ringan. Kesadaran politik begini tentu tidak lepas dari
adanya kesadaran sejarah yang ditanam secara sadar sejak taman kanak-kanak.
Apakah ini suatu indoktrinasi? Tapi usaha sadar untuk memperoleh kesadaran
sejarah ini tidak dilakukan secara satu arah, tapi sangat terbuka, dilakukan
melalui debat terbuka dan mendasar yaitu memahami apa arti sejarah serta apa
filosofi neo-nazi. Pandangan Front National pun diperkenalkan dan dibahas. Le
Pen sering diundang ke acara-acara debat televisi. Orang-orang jadinya bebas
menentukan sikap dan pilihan masing-masing sehingga kesadaran sejarah pun
menjadi milik masing-masing pula.
Dari kampung seniman Montmartre di mana saya tinggal sejak lama, saya memandang
tanahair, memandang kampung-halaman Tanah Dayakku, mempertanyakan kesadaran
sejarah dan kesadaran akan kemajemukan anak bangsa dan negeri.
Paris, Februari 2004.
--------------------
JJ. KUSNI